Monday, September 18, 2006

Kearifan Tradisional

Arus modernisasi melaju tanpa bisa dihentikan. Mesin-mesin terus berproduksi, pabrik-pabrik didirikan di sana-sini, deretan buruh berjajar rapi memanjang bagai gerigi-gerigi yang siap bekerja siang-malam. Petani kita sudah bermigrasi dalam budaya pertanian yang canggih. Suara traktor mengganti leguh kerbau dan suara alu sudah lama berganti dengan deru mesin heuler. Para nelayan sudah menggunakan mesin boat dan alat tangkap high -tech.


Pencapaian ilmu tekhnologi memungkinkan kita untuk mendapatkan sesuatu yang lebih dari hari kemarin. Peningkatan produksi adalah konsekuensi logis dari kompleksitas baru kehidupan kita Efisiensi dan efektivitas merupakan kata sakti bagi prestasi kita setiap hari untuk mendapatkan kedudukan yang pantas di tengah pusaran arus zaman ini.


Namun di tengah itu semua, apakah kita tidak boleh mengajukan "pertanyaan tentang asal", menyenangi "kejernihan", atau merindukan kembali "posisi manusia dalam peradaban". Kemanakah kemartabatan yang ikut tertelan mesin-mesin dan arus modernisasi itu, penghargaan kemanusiaan yang hilang dari benak kita semua, atau sekedar menjawab pertanyaan nyinyir "untuk apa masa lalu?"

Bagi masyarakat Sasak, upaya menemukan kembali nilai-nilai kearifan tradisional, semiologi peradaban, penghargaan pada tali persaudaraan (sabuk belo), merupakan titik pangkal untuk melompat lebih tinggi. Inilah sebagian dari pentingnya revitalisasi Kerajaan Selaparang. Memaknai kembali setiap pertanda untuk kebangkitan kembali tradisi orang Sasak.

Jika dahulu kita mampu mengelola potensi pangan dan gizi kita, mengapa sekarang ada "busung lapar" dan jika dahulu kita mampu menciptakan pemerintahan yang baik (good governance) mengapa kini semakin kabur memahaminya. Jika di saat itu, partisipasi politik perempuan sangat menonjol, untuk apa lagi kita mengadopsi ideologi Barat untuk memprtengkarkan keluarga kita. bukan gender, bukan feminisme, bukan WID (women in develpment), namun sebuah penghargaan yang menyeluruh pada nilai-nilai utuh perempuan, tentu dengan istilah dan wilayah makna yang sangat khusus.

Jika di masa Selaparang, kita mampu menghargai kemajemukan, perbedaan, warna-warni dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, mengapakah sampai saat ini kita masih terngiang-ngiang euphoria etnosentrisme yang sesat jalan.

Terlalu banyak yang dapat dilihat sebagai bahan pembelajaran bagi generasi bangsa ini yang diketuk dari pintu Kerajaan Selaparang, sebuah kedaulatan yang diakui sebagai bagian yang utuh dari mutu manikam sejarah indonesia. Anggaplah ini sebagai andil bangse Sasak dalam kemuliaan dan kemartaban Bangsa Indonesia, seperti andil bangsa melayu pada bahasa, andil saudara kita bangsa - Makasar - Bugis dan Masyarakat pelaut Indonesia dalam perekatan bangsa indonesia.

Sukses selalu buat Lombok

No comments: